Monday, December 22, 2014

Aku LBDT Karena Mereka

Home » » Aku LBDT Karena Mereka

Saya memiliki pengalaman inspiratif dari orang sekitar saya. Namanya Ani. Ani adalah seorang mahasiswi di Politeknik Kesehatan Gizi, Lubuk Pakam. Kebetulan dia adalah teman saya. Kami sudah lama berteman. Sudah tiga tahun lamanya kami berteman. Ada sesuatu yang bisa saya pelajari dari kehidupannya lewat ceritanya hari demi hari.
Pertama kali menjadi temannya, kami saling memberikan identitas saya dan dia melalui via SMS, mulai dari hobi, makanan kesukaan, tanggal ulang tahun, tempat tinggal, dan keluarga. Pertanyaannya yang tidak biasa bagi saya adalah apakah kamu masih memiliki orangtua. Saya pun menjawab bahwa saya masih mempunyai orangtua. Dia mengatakan bahwa sungguh senangnya dirimu masih memiliki orangtua. Saya mengatakan bahwa itu biasa saja. Dia pun memarahi saya, dan berkata bahwa itu tidak benar dan itu menyenangkan.

Saya pun lantas menanyakan hal yang sama seperti yang ditanyakan kepadaku. Saya menanyakan apakah kamu masih memiliki orangtua. Dia pun membalas SMS-ku, isinya adalah calling aku. Aku pun meneleponnya dan melanjutkan pembicaraan yang tadi. Dia pun menjawab bahwa dia tidak memiliki Ayah dan masih memiliki Ibu. Mendengar suaranya yang menjawab, saya merasakan kesedihan saat menjawab itu. Seakan-akan dia mengenang dan merindu sejenak tentang Ayahnya. Hanya sebatas itu aku dan dia bercerita tentang keluarga aku dan dia pada saat bertelepon.

Pada 13 Mei 2013 adalah hari ulang tahun Ani. Aku menelepon dan mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Seusai itu dia kembali menceritakan mengenai Ayahnya. "Hari ini, aku sebenarnya ingin sendiri. Aku kembali mengenang kematian Ayahku 2 tahun yang lalu. Mengenang kembali disaat dia masih hidup. Tepat pada waktu ulang tahunku, Ayah merayakan ulang tahunku dengan membelikanku minuman manis seharga Rp.500. Kami merayakannya hanya berdua, aku dan Ayah. Ayah mengajariku kesederhanaan, nampak dari hadiahnya yaitu mentraktirku minuman seharga Rp.500. Ayah memintaku untuk bersyukur melalui doa di hari ulang tahunku. Tapi sekarang dia sudah tiada. Aku kini merindukan pelukannya, kesetiaannya menemaniku mengerjakan PR sekolah, memanjakanku, mengajariku arti bersyukur dengan apa yang dimiliki, mendengarkan ceritaku dan tak pernah sekalipun memarahiku dan tak ingin melihatku bersedih dan menangis. Saat dia sudah tiada, aku dulu merasa putus asa. Aku dulu sempat memarahi Tuhan mengapa Engkau mengambil Ayahku. Kini, sedikit demi sedikit aku mulai bisa menerima segalanya yang sudah terjadi". Itu lah cerita Ani saat bertelepon. Seusai bercerita itu, aku merasa memperoleh hikmah dari ceritanya. Ada sesuatu yang memberiku pelajaran tentang Ayah.

Aku teringat juga ketika Ayahku mengatakan saat kami ada acara saling bertutur kata satu persatu bergantian pada malam tahun baru. Ayah mengatakan, "Anak-anakku, Ayah sebenarnya masih menyesal dalam hidup ini. Penyesalan Ayah adalah Saat masih hidup orangtua Ayah, Ayah tak pernah memberikan apapun dan memanjakan orangtua Ayah saat Ayah berkeluarga. Sedih rasanya tak sempat membalas jasa orangtua karena dipanggil oleh yang Maha Kuasa. Pesan Ayah, capailah impian ataupun kesuksesanmu secepat mungkin supaya kelak kau bisa membalas jasa orangtuamu dan melihat mereka tersenyum bahagia." Mendengar cerita Ayah, aku pun sepintas teringat akan teman saya Ani yang tak memiliki Ayah lagi. Dia juga menjadi sama seperti Ayah saya. Tak dapat membalas jasa Ayahnya lagi.
Dari cerita dan pengalaman Ani dan Ayah saya, saya memperoleh arti dan makna dari LBDT (Lebih Bersyukur Dan Tegar). Saya pun mulai Take Action untuk menerapkan:
1.Betapa Pentingnya Bersyukur Atas Pencapaianku
Saya bersyukur saya pernah meraih Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional yang diselenggarakan Kemenpora, saya juga meraih Juara Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Provinsi Sumatera Utara yang diselenggarakan oleh Israan Noor (Bapak Otonomi Daerah), dan yang terakhir saya juga meraih Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Yayasan Perguruan Katolik yang diselenggarakan oleh Keuskupan Agung Medan. Berkat itu, saya dapat mengundang Orangtua saya untuk melihat saya menerima penghargaan, saya dapat memberi uang hadiah dari Lomba untuk orangtua saya, saya menjadi dipercaya untuk mengajari bidang karya tulis oleh kawan-kawanku. Itu semua karena Tuhan, Orangtua saya, Ani teman saya yang membawa perubahan bagi saya.
2.Hidup dengan Tegar
Dalam hidup ini saya sedikit demi sedikit tegar dengan apapun yang terjadi. Semua masalah pasti ada jalan.
3.Syukuri Apa yang Dimiliki
Saya bersyukur masih memiliki orangtua, saya bersyukur saya tidak cacad, saya bersyukur saya masih bisa makan dan minum, saya masih bisa bersekolah, saya masih bisa tidur di dalam rumah, dan masih bersyukur masih ada yang memperhatikan kita baik itu keluarga, saudara, dan teman. Saya merasakan dengan mengucapkan seperti itu setiap pagi saya seperti mendapat tenaga dan semangat yang baru. Cobalah!
4.Berusaha untuk Membagikan Kebahagian yang Saya Peroleh kepada Orang yang Saya Sayangi
Ini sudah saya lakukan dari hal kecil. Saya sudah berbagi kebahagian atas pencapaianku dalam kemenangan lomba karya tulis. Berbagi hadiah kemenangan kepada orang tua dan teman saya Ani.
Sebelum saya tutup cerita ini, saya akan berbagi sepenggal lirik lagu dari D'Massive, "Syukuri Apa yang Ada Hidup Adalah Anugerah". Itu lah cerita nyata saya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

No comments:

Post a Comment