Saturday, March 14, 2015

Tiga yang Menarik dari Entrepreneur Muda di Indonesia

Home » » Tiga yang Menarik dari Entrepreneur Muda di Indonesia

Selanjutnya, find a minimum of two stories about entrepreneurs whom you considered as successful entrepreneurs and identify the 4 factors exhibited by those successful entrepreneurs!

1)   Rangga Umara (Entrepreneur Pecal Lele Lela)
Rangga Umara adalah seorang entrepreneur dari Kalimalang, Jakarta Timur. Dia berbisnis dalam bidang kuliner yaitu Pecal Lele Lela. Penghasilan yang dia dapat dari berbisnis pecal lele sebesar satu miliar lebih. Sebelum kesuksesannya, dia adalah seorang karyawan di bidang property. Saat itu, ia terancam di PHK ditambah lagi dia membayangkan istrinya diusir dari rumah petak kontrakan karena dia menunggak uang sewa senilai Rp. 300,000 yang membuat hati Rangga Umara seperti teriris. Itulah titik balik dalam hidup yang membuat pikiran Rangga terbuka untuk merintis usaha pecel lele bermerek “Lele Lela” yang kini sudah beromset miliaran rupiah.

Menjadi sukses tentu butuh perjuangan. Tidak hanya sekali Rangga gagal. Dia mempunyai keyakinan baru bahwa dengan niat yang baik Tuhan pasti tidak akan tinggal diam. Menunggu di PHK, Rangga pun memiliki rencana membuka usaha. Dia pun membuat pertimbangan memilih usaha apa, survey lokasi dan sebagainya. Dia pun memutuskan untuk membuka usaha kuliner yaitu pecal lele. Modal sebesar Rp. 3 Juta dalam membangun usaha ternyata  tidak semudah yang dibayangkan. Usahanya pun dibuka. Ada kalanya dia senang melihat warung makannya ramai dan menikmati keuntungan sekitar Rp. 3 juta hingga Rp. 4 juta setiap bulannya. Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Pada bulan berikutnya dia bahkan mengalami kerugian. Untuk membenahi usahanya agar ramai pengunjung, maka dia menggunakan uang pesangon PHK sebesar Rp. 9 Juta, namun tiada hasil. Dia pun tidak habis akal kemudian dia meminta istrinya untuk meminjam dana koperasi tempat istrinya bekerja sebesar Rp. 15 juta.

Alhasil, setiap tanggal gajian istrinya tidak menerima upah jerih payahnya karena terpotong cicilan pinjaman itu. Akan tetapi, kondisi usaha dan keuangan malah semakin parah dan tidak membaik.Dalam kondisi lelah dan masih belum mendapatkan uang, dia dikejutkan dengan pengusiran keluarga kecilnya oleh pemilik kontrakan. Namun, kejadian pengusiran itu, akhirnya mendorong mertuanya untuk bercerita kepada orangtuanya sendiri yang berada di Bandung. Karena orangtuanya mengetahui masalahnya, maka  sejak itu, dia sadar bahwa penting dalam membina komunikasi yang lebih baik dan mengharap doa kepada orangtua. Terbukti, bahwa doa dan restu orangtuanya membawa berkat bagi dia.

Sesudah itu, seorang temannya mendengar bahwa dia diusir dari rumah kontrakannya. Kemudian, temannya menawarkan kartu kreditnya untuk dipakai menyewa rumah yang lebih layak. Untuk pembayarannya dia diizinkan menyicil seadanya setiap bulan. Itu disebabkan bahwa supaya dia berkonsentrasi mengurus usaha pecal lelenya.

Setelah mendapat rumah yang layak, dia mulai menata kembali hidupnya. Dia pun berjanji kepada istrinya bahwa bulan depan kondisi keluarga mereka akan lebih baik. Dia pun belajar dari ahli pebisnis rumah makan. Hasil evaluasi yang didapatnya adalah ternyata selama ini dia sama sekali tidak mengerti tentang bisnis rumah makan. Dia hanya mengandalkan kepercayaan kepada juru masaknya. Dia hanya menerima laporan pengeluaran. Ternyata pengeluaran selalu besar daripada pendapatan. Pebisnis rumah makan mengatakan kepada dia bahwa mempercayakan semuanya kepada juru masak itu sama saja memberikan jantungmu kepada si juru masakamu.

Dia juga bertemu dengan teman SMA-nya yang ternyata manajer restoran cepat saji. Saat temannya menjadi konsultan dia,  penyimpangan-penyimpangan dalam usahanya pelan-pelan mulai terbongkar dan dapat dibenahi. Dia pun merombak seluruh systemnya hingga berangsur-angsur kondisi usahanya membaik.

Begitulah akhirnya, dia bersyukur bahwa dengan kekuatan yang diberikan Tuhan kepadanya. Kini, dia menikmati hidup yang lebih layak. Usaha pecal lelenya juga membuahkan beberapa penghargaan, di antaranya dari Bapak Sharif C. Sutardjo, Menteri Perikanan dan Kelautan, karena usahanya dinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra ikan lele dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Dan juga, penghargaan Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) pada tahun 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah yaitu DR. Syarief Hasan.

2)   Bong Chandra (Pebisnis, Pembicara, dan juga Motivator Populer) 
Bong Chandra (lahir di Jakarta, 25 Oktober 1987; umur 25 tahun) adalah seorang pebisnis, pembicara, dan juga motivator populer asal Indonesia. Pada tahun 2010, ia mendapatkan gelar "motivator termuda se-Asia", yakni ketika berusia 23 tahun. Dia sering mengadakan acara seminar motivasi di berbagai kota, khususnya di Indonesia. Dia juga menulis buku motivasi berjudul Unlimited Wealth. Dia mengaku sengaja tidak menyelesaikan kuliahnya untuk memfokuskan diri sebagai pembicara dan motivator.
Kesuksesan ini tak diraih dengan mudah. Bong harus menempa dirinya dengan kerja keras. Saat usianya menginjak 18 tahun, Bong memilih berjibaku membangun bisnis ketimbang bersenang-senang seperti remaja seusianya. Kerja keras Bong dimulai sejak krisis ekonomi 1998. Bencana itu membuat bisnis ayahnya, Aditya, terempas. Pabrik kuenya terancam gulung tikar. “Rumah sampai nyaris dijual,” katanya saat ditemui di salah satu tempat usahanya, Free Car Wash Serpong, Tangerang Selatan.

Bong, yang kala itu berusia 11 tahun, berempati atas terpuruknya ekonomi keluarga. Kebutuhan sekolah diusahakan sendiri. Contohnya ia lebih memilih kertas bekas dan memfotokopi buku pelajaran milik temannya ketimbang membeli baru. Beberapa alat tulis juga dibuatnya sendiri. “Saya menggunakan karet (gelang) untuk penghapus,” tuturnya.
Bong kecil juga menjual sisa potongan kue di pabrik ayahnya ke sekolah. Semula ia gengsi. Apalagi dia minder karena penyakit asma, yang membuat tubuhnya ringkih, sehingga kerap dicemooh oleh rekannya. Namun motivasi dia bertahan hidup lebih besar. Bong malah makin giat mengembangkan usaha. “Saya menjual parfum dan VCD (cakram padat).”
Saat masuk SMA, ia bersama seorang temannya nekat berbelanja pakaian ke Bandung meski tak punya duit. “Modalnya kepercayaan,” katanya. Pagi hari mereka berangkat, sore kembali ke Jakarta dengan membawa setumpuk baju yang siap dijual. Bong membuka lapaknya di Senayan dan Pasar Taman Puring, Jakarta Selatan. Ia juga menjual pakaian seragam kepada rekan dan adik kelasnya.

Bong sadar motivasi perlu dipertahankan karena cemoohan berpotensi mengendurkan semangatnya. Apalagi rekannya kerap menyindir Bong. “Seumuran kita harusnya bersenang-senang,” ujar Bong menirukan rekannya. Tapi ia berkukuh. Beruntung, orang tuanya rajin memberi nasihat. Bong pun gemar membaca buku motivator dunia, seperti Donald Trump. “Keinginan sukses makin besar,” katanya. Kegemaran ini memudahkannya memotivasi diri. Ia pun mulai menasihati temannya yang patah semangat.
Ia makin yakin akan kualitas bakatnya memotivasi orang. Bersama lima rekannya, Bong membuat event organizer untuk pelatihan motivasi. Sasarannya orang-orang dekat. “Saya diminta beberapa rekan satu jemaat di gereja,” ujarnya. Bong awalnya memotivasi para karyawan pemasaran. Selama dua tahun pertama, ia hanya memungut biaya operasional. “Ini investasi saya,” katanya. Apalagi tujuan bisnis ini tidak untuk mencari uang. “Saya memperluas pertemanan,” katanya.   

Tak sulit bagi alumnus SMA Kalam Kudus Jakarta ini mendapatkan teman dari 90 ribu peserta pelatihannya, yang kebanyakan pelaku bisnis. “Kalau teman kita sukses, kita akan kecipratan sukses,” katanya. Keyakinan Bong yang kerap mengisi pelatihan di kalangan pebisnis properti ini benar. Ia mulai diajak sesama pembicara saat memberikan pelatihan di Real Estate Jawa Timur. Awalnya, Bong diminta mencarikan investor pembangunan properti seluas 5,1 hektare di Ciledug, Tangerang. Meski gagal, rekannya tak kecewa. Ia justru diminta bergabung menjalankan bisnis ini. Akhirnya Bong dan dua temannya menjalankan perusahaan properti senilai Rp 180 miliar sejak Januari lalu. “Ini modal networking,” katanya.

Keberuntungannya terus bergulir. Pelan-pelan banyak tawaran mengajaknya berbisnis bersama. Selain properti, Bong mendirikan bisnis pencucian mobil. Usaha ini dibangun di Buah Batu, Bandung, dan Serpong. Kini ia menjalankan tiga usaha dengan karyawan mencapai 100 orang. Menjadi pembicara motivasi membuat Bong memutuskan berhenti kuliah di Jurusan Desain Grafis Universitas Bina Nusantara. Setelah tidak kuliah, satu-satunya pilihan Bong adalah menjadi motivator yang sukses.
Meski dia sudah berbicara di hadapan 15 ribu orang per tahun, mulai mahasiswa, ibu rumah tangga, dosen, ahli hukum, dokter, pengusaha, hingga CEO, Bong menyebut dirinya sebagai pribadi yang tertutup. “Saya tidak mudah akrab,” katanya. Bong juga mengenali dirinya sebagai orang yang lambat bertindak. “Saya menuntut sempurna jadi kerap lama berpikir.”

3)   Riezka Rahmatiana (Pisang Ijo)
Riezka Rahmatiana, pengusaha (entrepreneur) dalam kuliner yaitu pisang ijo. Dalam plesetan yang dibuat perempuan Riezka Rahmatiana (23), kata ”jasmine” diubah menjadi ”JustMine” untuk mengangkat penganan tradisional pisang ijo asli Makassar ke masyarakat. Bahkan, pisang ijo ini dijadikan peluang usaha waralaba.
Mirip semerbak keharuman bunga melati, gadis kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 26 Maret 1986 ini mengawali usaha kecilnya pada saat duduk di bangku kuliah sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung. Kini, kartu namanya sudah tertulis Riezka Rahmatiana sebagai Presiden Direktur ”JustMine”.
Semangat kewirausahaan, begitulah yang mengawali Riezka. Awalnya, kata Riezka, adalah kesumpekan. Banting tulang orangtuanya dalam mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk menyekolahkan anak-anak, mendasari pikiran Riezka untuk berupaya agar dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri. 

Orang tua bekerja sejak pagi hingga larut malam. Hasil banting tulang seharian dilakukan untuk meraih gaji. Kemandirian wirausaha itulah yang secara diam-diam tumbuh dalam diri Riezka. ”Saya tidak mau menyusahkan orangtua. Berbekal modal awal Rp 13,5 juta, tahun 2007 bisnis makanan pisang ijo yang segar mulai menjadi pilihan untuk dipasarkan di Kota Bandung,” kata Riezka.
Ketika mengambil keputusan berwirausaha di sela-sela kuliahnya, anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku mendapat larangan keras dari orangtuanya. Mereka menganjurkan dia agar mencari pekerjaan yang aman. Riezka pun menuturkan jatuh dan bangunnya mencicipi aneka pekerjaan di sela-sela kuliahnya. Mulai dari menjadi anggota jaringan pemasaran alias multi level marketing (MLM), penjual pulsa telepon seluler, hingga menjajal bekerja di sebuah kafe. Dari sebagian menyisihkan penghasilan bekerjanya selama itulah, Riezka memulai usaha pisang ijo khas Makassar.

Tanggal 16 Maret 2009 menjadi momentum perjalanan wirausahanya. Riezka memang belum pernah ke Makassar, tetapi ketekunannya mencari penganan tradisional dan kemauannya untuk belajar memproduksi pisang ijo itulah menjadi modal dasarnya. Tanya-tanya resep pun terus dilakukannya.
Pisang dipandang sebagai bahan baku yang relatif murah dan selalu mudah diperoleh di pasar. Hanya dengan dibalut adonan tepung beras yang diberi warna hijau, sajian khas ini bisa mulai dipasarkan dengan nama tren Pisang Ijo.

Dari sanalah kreativitas Riezka bermunculan. Dari sajian pisang ijo orisinal, Riezka mengembangkannya dengan aneka rasa, seperti pisang ijo vanila, stroberi, coklat, dan durian. Semangkok pisang ijo yang disiram sedikit cairan fla yang gurih akan menjadi bertambah segar apabila ditambah pecahan es batu. Apalagi, kreativitasnya dilakukan dengan menambahkan serutan keju dan mesis coklat.

Penghasilan tak terbatas. Dorongan menjadi entrepreneur terjadi justru ketika Riezka membaca buku berjudul Cashflow Quadrant bahwa tidak ada karyawan yang bisa memperoleh penghasilan tak terbatas. Benarkah hipotesis tersebut? Riezka membuktikan lewat ketekunannya. ”Kalau orang atau setidaknya orangtua saya bekerja dari pagi hingga malam, untuk pada akhirnya mencari penghasilan, saya justru sebaliknya. Kita semestinya tidak bekerja mengejar penghasilan, tetapi biarlah uang mendatangi kita,” ujar Riezka yang akhirnya mewaralabakan usahanya itu. Dari usaha kecilnya ini, Riezka membuka peluang berinvestasi dengan sistem waralaba. Alhasil, dari satu gerai, kini ada 10 pewaralaba pisang ijo yang tersebar, terutama di kota Bandung, Jawa Barat.

Pemilihan mitra pun dilakukan selektif karena visi yang diemban adalah ”Kepuasan konsumen adalah kepuasan kami. Kesuksesan mitra adalah kesuksesan kami.” Pemilihan gerai bukan sekadar melihat berkas yang diajukan calon mitra, apalagi uang waralaba yang disiapkan mitra. Melalui penelitian lokasi pasar, Riezka berani mengambil keputusan diterima atau tidaknya seorang mitra. Dia pun memprediksi, besarnya potensi pasar terhadap produknya di lokasi tertentu. ”Sasarannya tetaplah mahasiswa. Karena itu, lingkungan kampus menjadi target lokasi,” kata Riezka.

Bersama sahabatnya, Erwin Burhanudin, Riezka membangun sistem waralaba. Mereka pun mengaku tidak ingin gegabah memperoleh sebanyak-banyaknya pewaralaba. Kapasitas produksi tetap harus menjadi acuan usahanya. Cepat atau lambat, Riezka yang murah senyum kini sudah mulai menuai hasil. Enam karyawannya ikut bekerja keras menunjang usaha waralabanya dengan memproduksi sekitar 500 porsi setiap harinya. Soal keuntungan, pokoknya sangat menggiurkan. Sebagai wirausaha muda yang berhasil masuk sebagai finalis tingkat nasional Wirausaha Muda Mandiri 2008, Riezka hanya berharap, setitik perjalanan hidupnya bisa memberikan napas kehidupan masyarakat sekitarnya.
Kalau kita ingin sukses, kita harus "bertanya" kepada orang yang diatas rata-rata ( orang yang lebih sukses ) dan "mendengarkan" nasihat mereka."

So, dari semua cerita entrepreneur itu, maka masing-masing entrepreneur tadi memiliki empat faktor yang biasanya digunakan oleh entrepreneur. Mari kita simak bersama-sama sebagai berikut.
1)      Rangga Umara (Entreprneur Pecal Lele)
Achievement
Berkat kerja kerasnya maka pencapaian yang didapatkan oleh Rangga adalah dia menerima banyak penghargaan dalam usaha pecal lelenya dari kementrian.
Cretivity
Kreavitas yang dilakukan oleh Rangga adalah menaikkan citra ikan lele melalui masakan/makanan pecal lelenya dan menciptakan makanan kreatif dengan bahan baku ikan lele.
Determination
Kepastian, penentuan, dan kebulatan tekad Rangga dalam memilih usaha pecal lele ternyata memberikan berkah baginya. Walaupun sebelumnya, diawali dengan kegagalan yang berulang-ulang dalam usahanya dan sempat ia untuk menutup usahanya dan kembali melamar menjadi karyawan. Akan tetapi, itu tidak merusak kebulatan tekadnya untuk tetap berkonsentrasi pada bisnis kulinernya yaitu pecal lele.
Technological Knowledge
Pengetahuannya akan teknologi dalam cerita tersebut masih kurang. Dia hanya memanfaatkan networking agar usahanya dapat beradaptasi dengan zaman yang familiar dengan teknologi ini.

2)      Bong Chandra (Entreprneur dan Motivator Populer)
Achievement
Berkat kerja kerasnya maka pencapaian yang didapatkan oleh Bong Chandra adalah dia menerima penghargaan motivator terpopuler se-Asia. Dia juga mendapat kepercayaan dari rekan-rekannya untuk menjadi partner bisnis. Itu merupakan suatu pencapaian.
Cretivity
Kreavitas yang dilakukan oleh Bong Chandra adalah ia pandai dalam memotivasi seseorang yang lagi membutuhkan semangat, sehingga dengan kretivitasnya dia memanfaatkan kepandaiannya dalam memotivasi untuk menghasilkan profit hanya modal kreatif memotivasi.
Determination
Kepastian, penentuan, dan kebulatan tekad Bong Chandra dalam memilih mau jadi apa. Dia memutuskan untuk menjadi seorang motivator sekaligus pebisnis. Keputusan dan kebulatan tekadnya menghasilkan kesuksesan yang luar biasa.
Technological Knowledge
Pengetahuannya akan teknologi adalah memanfaatkan alat komunikasi dalam membangun networking.

3)      Riezka Rahmatiana (Pisang Ijo)
Achievement
Berkat kerja kerasnya maka pencapaian yang didapatkan oleh Riezka adalah memiliki kedai pisang ijo sendiri. Dia juga mendapatkan profit yang besar.
Cretivity
Kreavitas yang dilakukan oleh Riezka adalah membuat pisang ijo dengan berbagai macam bentuk dan rasa, sehingga dengan kreativitas dan inovasinya membuat makanan pisang ijo akan semakin booming dan konsumen pun akan setia.
 Determination
Kepastian, penentuan, dan kebulatan tekad Riezka adalah dia yakin bahwa dengan berbisnis pisang ijo dia akan meraih kesuksesan sebagai entrepreneur.
Technological Knowledge
Pengetahuannya akan teknologi adalah memanfaatkan mesin dalam bidang pangan.
Dari semuanya itu, ternyata ada kesamaan ciri-ciri yang muncul secara umum menjadi entrepreneur sukses yaitu:
ü Seperti diawali dengan latar belakang yang penuh perjuangan.
ü  Berani gagal
ü Yakin dengan keputusan yang dipilih.
ü Selalu berinovasi.
ü Tidak mudah putus asa.
ü Kreatif membuat usaha.
ü Karakter yang positif.
ü Memanfaatkan peluang, dan lain sebagainya.

No comments:

Post a Comment