Selanjutnya, find a minimum of two
stories about entrepreneurs whom you considered as successful entrepreneurs and
identify the 4 factors exhibited by those successful entrepreneurs!
1) Rangga Umara
(Entrepreneur Pecal Lele Lela)
Rangga
Umara adalah seorang entrepreneur dari Kalimalang, Jakarta Timur. Dia berbisnis
dalam bidang kuliner yaitu Pecal Lele Lela. Penghasilan yang dia dapat dari
berbisnis pecal lele sebesar satu miliar lebih. Sebelum kesuksesannya, dia
adalah seorang karyawan di bidang property. Saat itu, ia terancam di PHK
ditambah lagi dia membayangkan istrinya diusir dari rumah petak kontrakan
karena dia menunggak uang sewa senilai Rp. 300,000 yang membuat hati Rangga
Umara seperti teriris. Itulah titik balik dalam hidup yang membuat pikiran
Rangga terbuka untuk merintis usaha pecel lele bermerek “Lele Lela” yang kini
sudah beromset miliaran rupiah.
Menjadi
sukses tentu butuh perjuangan. Tidak hanya sekali Rangga gagal. Dia mempunyai
keyakinan baru bahwa dengan niat yang baik Tuhan pasti tidak akan tinggal diam.
Menunggu di PHK, Rangga pun memiliki rencana membuka usaha. Dia pun membuat
pertimbangan memilih usaha apa, survey lokasi dan sebagainya. Dia pun
memutuskan untuk membuka usaha kuliner yaitu pecal lele. Modal sebesar Rp. 3
Juta dalam membangun usaha ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Usahanya pun dibuka. Ada kalanya dia senang melihat warung makannya ramai dan
menikmati keuntungan sekitar Rp. 3 juta hingga Rp. 4 juta setiap bulannya.
Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Pada bulan berikutnya dia
bahkan mengalami kerugian. Untuk membenahi usahanya agar ramai pengunjung, maka
dia menggunakan uang pesangon PHK sebesar Rp. 9 Juta, namun tiada hasil. Dia
pun tidak habis akal kemudian dia meminta istrinya untuk meminjam dana koperasi
tempat istrinya bekerja sebesar Rp. 15 juta.
Alhasil, setiap
tanggal gajian istrinya tidak menerima upah jerih payahnya karena terpotong
cicilan pinjaman itu. Akan tetapi, kondisi usaha dan keuangan malah semakin
parah dan tidak membaik.Dalam kondisi lelah dan masih belum mendapatkan uang,
dia dikejutkan dengan pengusiran keluarga kecilnya oleh pemilik kontrakan.
Namun, kejadian pengusiran itu, akhirnya mendorong mertuanya untuk bercerita
kepada orangtuanya sendiri yang berada di Bandung. Karena orangtuanya
mengetahui masalahnya, maka sejak itu, dia sadar bahwa penting dalam
membina komunikasi yang lebih baik dan mengharap doa kepada orangtua. Terbukti,
bahwa doa dan restu orangtuanya membawa berkat bagi dia.
Sesudah
itu, seorang temannya mendengar bahwa dia diusir dari rumah kontrakannya.
Kemudian, temannya menawarkan kartu kreditnya untuk dipakai menyewa rumah yang
lebih layak. Untuk pembayarannya dia diizinkan menyicil seadanya setiap bulan.
Itu disebabkan bahwa supaya dia berkonsentrasi mengurus usaha pecal lelenya.
Setelah
mendapat rumah yang layak, dia mulai menata kembali hidupnya. Dia pun berjanji
kepada istrinya bahwa bulan depan kondisi keluarga mereka akan lebih baik. Dia
pun belajar dari ahli pebisnis rumah makan. Hasil evaluasi yang didapatnya
adalah ternyata selama ini dia sama sekali tidak mengerti tentang bisnis rumah
makan. Dia hanya mengandalkan kepercayaan kepada juru masaknya. Dia hanya
menerima laporan pengeluaran. Ternyata pengeluaran selalu besar daripada
pendapatan. Pebisnis rumah makan mengatakan kepada dia bahwa mempercayakan
semuanya kepada juru masak itu sama saja memberikan jantungmu kepada si juru
masakamu.
Dia
juga bertemu dengan teman SMA-nya yang ternyata manajer restoran cepat saji.
Saat temannya menjadi konsultan dia, penyimpangan-penyimpangan dalam
usahanya pelan-pelan mulai terbongkar dan dapat dibenahi. Dia pun merombak
seluruh systemnya hingga berangsur-angsur kondisi usahanya membaik.
Begitulah
akhirnya, dia bersyukur bahwa dengan kekuatan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Kini, dia menikmati hidup yang lebih layak. Usaha pecal lelenya juga membuahkan
beberapa penghargaan, di antaranya dari Bapak Sharif C. Sutardjo, Menteri
Perikanan dan Kelautan, karena usahanya dinilai paling inovatif dalam
mengenalkan dan mengangkat citra ikan lele dengan menciptakan makanan kreatif
sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan. Dan juga, penghargaan Indonesian
Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) pada tahun 2010 dari
Menteri Usaha Kecil dan Menengah yaitu DR. Syarief Hasan.
2) Bong Chandra
(Pebisnis, Pembicara, dan juga Motivator Populer)
Bong
Chandra (lahir di Jakarta, 25 Oktober 1987; umur 25 tahun) adalah seorang
pebisnis, pembicara, dan juga motivator populer asal Indonesia. Pada tahun
2010, ia mendapatkan gelar "motivator termuda se-Asia", yakni ketika
berusia 23 tahun. Dia sering mengadakan acara seminar motivasi di berbagai
kota, khususnya di Indonesia. Dia juga menulis buku motivasi berjudul Unlimited Wealth.
Dia mengaku sengaja tidak menyelesaikan kuliahnya untuk memfokuskan diri
sebagai pembicara dan motivator.
Kesuksesan
ini tak diraih dengan mudah. Bong harus menempa dirinya dengan kerja keras.
Saat usianya menginjak 18 tahun, Bong memilih berjibaku membangun bisnis
ketimbang bersenang-senang seperti remaja seusianya. Kerja keras Bong dimulai
sejak krisis ekonomi 1998. Bencana itu membuat bisnis ayahnya, Aditya,
terempas. Pabrik kuenya terancam gulung tikar. “Rumah sampai nyaris dijual,”
katanya saat ditemui di salah satu tempat usahanya, Free Car Wash Serpong,
Tangerang Selatan.
Bong,
yang kala itu berusia 11 tahun, berempati atas terpuruknya ekonomi keluarga.
Kebutuhan sekolah diusahakan sendiri. Contohnya ia lebih memilih kertas bekas
dan memfotokopi buku pelajaran milik temannya ketimbang membeli baru. Beberapa
alat tulis juga dibuatnya sendiri. “Saya menggunakan karet (gelang) untuk
penghapus,” tuturnya.
Bong
kecil juga menjual sisa potongan kue di pabrik ayahnya ke sekolah. Semula ia
gengsi. Apalagi dia minder karena penyakit asma, yang membuat tubuhnya ringkih,
sehingga kerap dicemooh oleh rekannya. Namun motivasi dia bertahan hidup lebih
besar. Bong malah makin giat mengembangkan usaha. “Saya menjual parfum dan VCD
(cakram padat).”
Saat
masuk SMA, ia bersama seorang temannya nekat berbelanja pakaian ke Bandung
meski tak punya duit. “Modalnya kepercayaan,” katanya. Pagi hari mereka
berangkat, sore kembali ke Jakarta dengan membawa setumpuk baju yang siap
dijual. Bong membuka lapaknya di Senayan dan Pasar Taman Puring, Jakarta
Selatan. Ia juga menjual pakaian seragam kepada rekan dan adik kelasnya.
Bong
sadar motivasi perlu dipertahankan karena cemoohan berpotensi mengendurkan
semangatnya. Apalagi rekannya kerap menyindir Bong. “Seumuran kita harusnya
bersenang-senang,” ujar Bong menirukan rekannya. Tapi ia berkukuh. Beruntung,
orang tuanya rajin memberi nasihat. Bong pun gemar membaca buku motivator
dunia, seperti Donald Trump. “Keinginan sukses makin besar,” katanya. Kegemaran
ini memudahkannya memotivasi diri. Ia pun mulai menasihati temannya yang patah
semangat.
Ia
makin yakin akan kualitas bakatnya memotivasi orang. Bersama lima rekannya,
Bong membuat event organizer untuk pelatihan motivasi. Sasarannya orang-orang
dekat. “Saya diminta beberapa rekan satu jemaat di gereja,” ujarnya. Bong
awalnya memotivasi para karyawan pemasaran. Selama dua tahun pertama, ia hanya
memungut biaya operasional. “Ini investasi saya,” katanya. Apalagi tujuan
bisnis ini tidak untuk mencari uang. “Saya memperluas pertemanan,” katanya.
Tak
sulit bagi alumnus SMA Kalam Kudus Jakarta ini mendapatkan teman dari 90 ribu
peserta pelatihannya, yang kebanyakan pelaku bisnis. “Kalau teman kita sukses,
kita akan kecipratan sukses,” katanya. Keyakinan Bong yang kerap mengisi
pelatihan di kalangan pebisnis properti ini benar. Ia mulai diajak sesama
pembicara saat memberikan pelatihan di Real Estate Jawa Timur. Awalnya, Bong
diminta mencarikan investor pembangunan properti seluas 5,1 hektare di Ciledug,
Tangerang. Meski gagal, rekannya tak kecewa. Ia justru diminta bergabung
menjalankan bisnis ini. Akhirnya Bong dan dua temannya menjalankan perusahaan
properti senilai Rp 180 miliar sejak Januari lalu. “Ini modal networking,”
katanya.
Keberuntungannya
terus bergulir. Pelan-pelan banyak tawaran mengajaknya berbisnis bersama.
Selain properti, Bong mendirikan bisnis pencucian mobil. Usaha ini dibangun di
Buah Batu, Bandung, dan Serpong. Kini ia menjalankan tiga usaha dengan karyawan
mencapai 100 orang. Menjadi pembicara motivasi membuat Bong memutuskan berhenti
kuliah di Jurusan Desain Grafis Universitas Bina Nusantara. Setelah tidak
kuliah, satu-satunya pilihan Bong adalah menjadi motivator yang sukses.
Meski
dia sudah berbicara di hadapan 15 ribu orang per tahun, mulai mahasiswa, ibu
rumah tangga, dosen, ahli hukum, dokter, pengusaha, hingga CEO, Bong menyebut
dirinya sebagai pribadi yang tertutup. “Saya tidak mudah akrab,” katanya. Bong
juga mengenali dirinya sebagai orang yang lambat bertindak. “Saya menuntut
sempurna jadi kerap lama berpikir.”
3) Riezka Rahmatiana
(Pisang Ijo)
Riezka
Rahmatiana, pengusaha (entrepreneur) dalam kuliner yaitu pisang ijo. Dalam
plesetan yang dibuat perempuan Riezka Rahmatiana (23), kata ”jasmine” diubah
menjadi ”JustMine” untuk mengangkat penganan tradisional pisang ijo asli
Makassar ke masyarakat. Bahkan, pisang ijo ini dijadikan peluang usaha waralaba.
Mirip
semerbak keharuman bunga melati, gadis kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat,
pada 26 Maret 1986 ini mengawali usaha kecilnya pada saat duduk di bangku
kuliah sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran,
Bandung. Kini, kartu namanya sudah tertulis Riezka Rahmatiana sebagai Presiden
Direktur ”JustMine”.
Semangat
kewirausahaan, begitulah yang mengawali Riezka. Awalnya, kata Riezka, adalah
kesumpekan. Banting tulang orangtuanya dalam mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk
menyekolahkan anak-anak, mendasari pikiran Riezka untuk berupaya agar dia bisa
berdiri di atas kakinya sendiri.
Orang
tua bekerja sejak pagi hingga larut malam. Hasil banting tulang seharian
dilakukan untuk meraih gaji. Kemandirian wirausaha itulah yang secara diam-diam
tumbuh dalam diri Riezka. ”Saya tidak mau menyusahkan orangtua. Berbekal modal
awal Rp 13,5 juta, tahun 2007 bisnis makanan pisang ijo yang segar mulai
menjadi pilihan untuk dipasarkan di Kota Bandung,” kata Riezka.
Ketika
mengambil keputusan berwirausaha di sela-sela kuliahnya, anak pertama dari dua
bersaudara ini mengaku mendapat larangan keras dari orangtuanya. Mereka
menganjurkan dia agar mencari pekerjaan yang aman. Riezka pun menuturkan jatuh
dan bangunnya mencicipi aneka pekerjaan di sela-sela kuliahnya. Mulai dari
menjadi anggota jaringan pemasaran alias multi level marketing (MLM), penjual
pulsa telepon seluler, hingga menjajal bekerja di sebuah kafe. Dari sebagian
menyisihkan penghasilan bekerjanya selama itulah, Riezka memulai usaha pisang
ijo khas Makassar.
Tanggal
16 Maret 2009 menjadi momentum perjalanan wirausahanya. Riezka memang belum
pernah ke Makassar, tetapi ketekunannya mencari penganan tradisional dan
kemauannya untuk belajar memproduksi pisang ijo itulah menjadi modal dasarnya.
Tanya-tanya resep pun terus dilakukannya.
Pisang
dipandang sebagai bahan baku yang relatif murah dan selalu mudah diperoleh di
pasar. Hanya dengan dibalut adonan tepung beras yang diberi warna hijau, sajian
khas ini bisa mulai dipasarkan dengan nama tren Pisang Ijo.
Dari
sanalah kreativitas Riezka bermunculan. Dari sajian pisang ijo orisinal, Riezka
mengembangkannya dengan aneka rasa, seperti pisang ijo vanila, stroberi,
coklat, dan durian. Semangkok pisang ijo yang disiram sedikit cairan fla yang
gurih akan menjadi bertambah segar apabila ditambah pecahan es batu. Apalagi,
kreativitasnya dilakukan dengan menambahkan serutan keju dan mesis coklat.
Penghasilan
tak terbatas. Dorongan menjadi entrepreneur terjadi justru ketika Riezka
membaca buku berjudul Cashflow Quadrant
bahwa tidak ada karyawan yang bisa memperoleh penghasilan tak terbatas.
Benarkah hipotesis tersebut? Riezka membuktikan lewat ketekunannya. ”Kalau
orang atau setidaknya orangtua saya bekerja dari pagi hingga malam, untuk pada akhirnya
mencari penghasilan, saya justru sebaliknya. Kita semestinya tidak bekerja
mengejar penghasilan, tetapi biarlah uang mendatangi kita,” ujar Riezka yang
akhirnya mewaralabakan usahanya itu. Dari usaha kecilnya ini, Riezka membuka
peluang berinvestasi dengan sistem waralaba. Alhasil, dari satu gerai, kini ada
10 pewaralaba pisang ijo yang tersebar, terutama di kota Bandung, Jawa Barat.
Pemilihan
mitra pun dilakukan selektif karena visi yang diemban adalah ”Kepuasan konsumen
adalah kepuasan kami. Kesuksesan mitra adalah kesuksesan kami.” Pemilihan gerai
bukan sekadar melihat berkas yang diajukan calon mitra, apalagi uang waralaba
yang disiapkan mitra. Melalui penelitian lokasi pasar, Riezka berani mengambil
keputusan diterima atau tidaknya seorang mitra. Dia pun memprediksi, besarnya
potensi pasar terhadap produknya di lokasi tertentu. ”Sasarannya tetaplah
mahasiswa. Karena itu, lingkungan kampus menjadi target lokasi,” kata Riezka.
Bersama
sahabatnya, Erwin Burhanudin, Riezka membangun sistem waralaba. Mereka pun
mengaku tidak ingin gegabah memperoleh sebanyak-banyaknya pewaralaba. Kapasitas
produksi tetap harus menjadi acuan usahanya. Cepat atau lambat, Riezka yang
murah senyum kini sudah mulai menuai hasil. Enam karyawannya ikut bekerja keras
menunjang usaha waralabanya dengan memproduksi sekitar 500 porsi setiap
harinya. Soal keuntungan, pokoknya sangat menggiurkan. Sebagai wirausaha muda
yang berhasil masuk sebagai finalis tingkat nasional Wirausaha Muda Mandiri
2008, Riezka hanya berharap, setitik perjalanan hidupnya bisa memberikan napas
kehidupan masyarakat sekitarnya.
Kalau
kita ingin sukses, kita harus "bertanya" kepada orang yang diatas
rata-rata ( orang yang lebih sukses ) dan "mendengarkan" nasihat
mereka."
So, dari semua cerita
entrepreneur itu, maka masing-masing entrepreneur tadi memiliki empat faktor
yang biasanya digunakan oleh entrepreneur. Mari kita simak bersama-sama sebagai
berikut.
1) Rangga
Umara (Entreprneur Pecal Lele)
Achievement
Berkat
kerja kerasnya maka pencapaian yang didapatkan oleh Rangga adalah dia menerima
banyak penghargaan dalam usaha pecal lelenya dari kementrian.
Cretivity
Kreavitas
yang dilakukan oleh Rangga adalah menaikkan citra ikan lele melalui
masakan/makanan pecal lelenya dan menciptakan makanan kreatif dengan bahan baku
ikan lele.
Determination
Kepastian,
penentuan, dan kebulatan tekad Rangga dalam memilih usaha pecal lele ternyata
memberikan berkah baginya. Walaupun sebelumnya, diawali dengan kegagalan yang
berulang-ulang dalam usahanya dan sempat ia untuk menutup usahanya dan kembali
melamar menjadi karyawan. Akan tetapi, itu tidak merusak kebulatan tekadnya
untuk tetap berkonsentrasi pada bisnis kulinernya yaitu pecal lele.
Technological Knowledge
Pengetahuannya
akan teknologi dalam cerita tersebut masih kurang. Dia hanya memanfaatkan
networking agar usahanya dapat beradaptasi dengan zaman yang familiar dengan
teknologi ini.
2) Bong
Chandra (Entreprneur dan Motivator Populer)
Achievement
Berkat
kerja kerasnya maka pencapaian yang didapatkan oleh Bong Chandra adalah dia
menerima penghargaan motivator terpopuler se-Asia. Dia juga mendapat
kepercayaan dari rekan-rekannya untuk menjadi partner bisnis. Itu merupakan
suatu pencapaian.
Cretivity
Kreavitas
yang dilakukan oleh Bong Chandra adalah ia pandai dalam memotivasi seseorang
yang lagi membutuhkan semangat, sehingga dengan kretivitasnya dia memanfaatkan
kepandaiannya dalam memotivasi untuk menghasilkan profit hanya modal kreatif
memotivasi.
Determination
Kepastian,
penentuan, dan kebulatan tekad Bong Chandra dalam memilih mau jadi apa. Dia
memutuskan untuk menjadi seorang motivator sekaligus pebisnis. Keputusan dan
kebulatan tekadnya menghasilkan kesuksesan yang luar biasa.
Technological Knowledge
Pengetahuannya
akan teknologi adalah memanfaatkan alat komunikasi dalam membangun networking.
3) Riezka
Rahmatiana (Pisang Ijo)
Achievement
Berkat
kerja kerasnya maka pencapaian yang didapatkan oleh Riezka adalah memiliki
kedai pisang ijo sendiri. Dia juga mendapatkan profit yang besar.
Cretivity
Kreavitas
yang dilakukan oleh Riezka adalah membuat pisang ijo dengan berbagai macam
bentuk dan rasa, sehingga dengan kreativitas dan inovasinya membuat makanan
pisang ijo akan semakin booming dan konsumen pun akan setia.
Determination
Kepastian,
penentuan, dan kebulatan tekad Riezka adalah dia yakin bahwa dengan berbisnis
pisang ijo dia akan meraih kesuksesan sebagai entrepreneur.
Technological Knowledge
Pengetahuannya
akan teknologi adalah memanfaatkan mesin dalam bidang pangan.
Dari
semuanya itu, ternyata ada kesamaan ciri-ciri yang muncul secara umum menjadi
entrepreneur sukses yaitu:
ü Seperti diawali dengan latar
belakang yang penuh perjuangan.
ü Berani gagal
ü Yakin dengan keputusan yang
dipilih.
ü Selalu berinovasi.
ü Tidak mudah putus asa.
ü Kreatif membuat usaha.
ü Karakter yang positif.
ü Memanfaatkan peluang, dan lain
sebagainya.
No comments:
Post a Comment