Perjalanan selanjutnya
di WBI (Wilmar Business Institute), seperti menyelami laut entrepreneurship-1 untuk mencari sebuah mutiara. Mutiara itu adalah
self effectuation. Mari bersama-sama
kita maknai keindahan bawah laut entrepreneurship-1
untuk menemukan mutiara itu.Pada 18 September 2013,
kami mahasiswa WBI mempelajari entrepreneurship-1
khusus mengenai self effectuation yang
diajarkan oleh Bapak David Turnip. NB: Setiap mahasiswa WBI yang aktif bertanya
dan menjawab akan diberi ‘bintang’ dari Bapak David Turnip. Hehehe.
So, What I learn today?
So, What I learn today?
Kami mempelajari self effectuation. Banyak yang di dapat dari pembelajaran mengenai self effectuation,
yang pasti kita akan tahu apa yang membedakan entrepreneur dengan business
man, lalu membangun pemahaman kita mengenai cara berpikir Causal dan Effectual, selanjutnya membantu proses self-discovery kita, kemudian membangun intensi untuk menjadi
seorang entrepreneur, dan yang terakhir
membangun framework awal entrepreneurial mindset kita dalam effectuation sekaligus kita dapat
menerapkan lima prinsip effectuation.
Menemukan makna dan menanamkan self effectuation
di dalam diri kita membutuhkan beberapa hal yang harus dipelajari. Kami
dihadapkan tiga gambar entrepreneur
sukses yang ditampilkan kepada kami, yaitu Bill Gates (Microsoft), Mark
(Facebook), dan Steve Job (Appel and Pixar). Lantas, kesamaan dari mereka bertiga
itu apa? Kesamaannya adalah mereka sama-sama di drop out (do) dari
universitasnya. Mengapa mereka melakukan itu? Karena mereka ingin fokus dan
sudah paham pada tujuannya.Bill Gates adalah seorang visioner yang berhasil
mewujudkan visinya. Ia mengatakan bahwa di masa depan, orang akan memakai PC (personal
computer) sendiri. Padahal pada masa itu, komputer adalah barang mahal, dan
banyak mengambil tempat/ruangan.
Tetapi, dengan penuh keyakinan Bill Gates berhasil mewujudkan
visinya sehingga dia disebut seorang visioner. So, kami belajar bahwa seorang entrepreneur
harus mempunyai visi.Dalam cuplikan video mengenai Steve Jobs kami belajar
bahwa kita harus mencintai apa yang kita lakukan, connecting the dots
yaitu apa yang kita lakukan/pelajari saat ini mungkin kelihatannya tidak ada
hubungan, tetapi di masa yang akan datang, kita bisa melihat bahwa ternyata itu
saling berkaitan dan semua yang kita pelajari ada manfaatnya dan ada hikmahnya
yang akan kita peroleh. Jika kita ingin melakukan sesuatu, maka ingatlah
kata-kata dari Steve Jobs yang mengatakan bahwa, “andaikan hari itu adalah hari
terakhirmu, maka lakukanlah yang terbaik.
Entrepreneur memakai fase start up dan
dapat lahir kembali dan cara berpikirnya adalah entrepreneurial
thinking (effectual), sedangkan businessman lebih
cenderung ke mature (pengelolaan bisnis) dan memakai cara
berpikir managerial
thinking (causal). Kami diajak untuk menghilangkan cara berpikir Causal dan memasukkan
cara berpikir Effectual
ke dalam mindset
kami. Memang sih…
penting Casual
(cara berpikir manajerial) hanya digunakan saat tahap pengelolaan bisnis, tapi
mengapa harus effectual?
Dari
yang saya pelajari, Casual
itu seperti timbal-balik atau sebab-akibat, dan terfokus pada goal. Misalnya,
kita ingin membuat A maka yang harus dilakukan adalah B, jika dilakukan B maka
yang akan dibuat adalah A. Hal ini ada, karena kita belajar dari history (masa
lalu). Casual (cara berpikir manajerial) juga menjelaskan bagaimana mencari
solusi suatu masalah yang dihadapi. Causal (cara
berpikir manajerial) juga tidak atau belum dapat memprediksi masa depan (apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang). Namun, effectual fokus
terhadap apa yang kita sukai, dan apa yang kita miliki. Jadi, untuk menjadi
seorang entrepreneur
bukan casual
(berpikir manajerial) tapi effectual (entrepreneurial
thingking). Cara berpikir Effectual adalah
bagaimana dapat mencari rekanan yang tepat yang mau berkomitmen. Kami belajar
bahwa alasan mengapa penting cara berpikir effectual adalah karena Five Principles Of
Effectuation. Five Principles Of Effectuation adalah sebagai
berikut.
1. Bird-in-Hand
Saya
diajarkan untuk mengetahui siapa saya (who you are), apa yang saya tahu
(what you know), dan siapa yang saya tahu (who you know). Contohnya, jika
kita ingin membuat hujan duit, kita berangkat dahulu dari apa yang kita punya,
apa yang kita ketahui, dan siapa rekan kita tahu. Saat kita ingin membuat hujan
duit, saat diperjalanan membuat hal itu kita menemukan sesuatu yang kita
sukai/sesuatu yang baru/sesuatu yang bermanfaat.
2.
Affordable Loss
Saya
diajarkan untuk mengetahui bahwa seorang entrepreneur akan mengambil risiko,
tetapi hanya dengan ‘jumlah’ yang mereka ingin pertaruhkan. Contoh, Bapak
Martua membuat proyek senilai 20 Milyar di daerah bagian Jawa, akan tetapi ada
suatu masalah dari Kepala Daerah yang tak mengizinkan, padahal dana sudah habis
20 M dan kapal sudah berada dalam perjalanan menuju tempat proyek membawa
keperluan untuk proyek tersebut.Namun, apa kata Bapak Martua kepada
rekan/karyawannya? Dia berkata, “Ya sudah, tidak apa-apa saya rugi 20 M, itu
jumlah yang sedikit, daripada kita tetap bertahan lebih baik saya pindahkan ke
daerah di bagian Sumatera, toh, kalau kita bertahan disana, maka kerugian kita
akan di atas 20 M.” Wah, prinsip kedua telah dilakukan oleh Bapak Martua. Hal
itu patut kita ambil pelajaran yang berguna untuk menjadi seorang entrepreneur.
Ingat, bahwa “Successful
Entrepreneurs are not RISK MANIACS (GAMBLERS), it’s only that their AFFORDABLE
LOSS is getting bigger and larger.”
3) Crazy Quilt
Pelajaran
yang diperoleh dari prinsip ini adalah mencari rekanan yang mau berkomitmen
untuk melengkapi apa yang kita butuhkan serta membuat suatu “co-cretion”.
4. Lemonade
Pelajaran
yang diperoleh dari prinsip keempat adalah bagaikan lemon yang dibuang oleh
banyak orang untuk aksi demonstrasi/protes, maka kita datang menangkap lemparan
lemon tersebut dan membuatnya menjadi minuman. Contoh lain, Pfizer mengembangkan obat untuk penyakit
jantung. Dalam perkembangannya justru tidak ada efek untuk penyembuhan penyakit
jantung, tetapi menjadi obat yang sangat terkenal sekarang.
So,
masa depan itu penuh dengan ketidakpastian, rencana yang telah dibuat dapat
saja tidak berjalan sesuai harapan. Namun, disaat suatu rencana tidak berjalan
akan muncul ide-ide dan rencana-rencana yang lain.
5.
Pilot-in-the-Plane
Pelajaran
yang saya dapat dari prinsip kelima yang diajarkan oleh Bapak David adalah
bahwa entrepreneur itu seperti pilot yang memimpin penerbangan. Dia lah yang
bertugas untuk melakukan penerbangan dan saat ingin turun dia juga lah yang
mengendalikan. Mirip dengan seorang entrepreneur. Dia lah penentu yang memulai
bisnis (Start Up)
dan dia juga lah penentu lahir tidaknya suatu bisnis itu kembali (rebirth).
And
then, How do I feel about it?
Saya
merasakan bahwa selama ini cara berpikir saya casual, dan saya
menjadi tahu bahwa effectual
adalah yang harus ditanamkan dalam mindset seorang entrepreneur.
Saya juga merasakan bahwa prinsip Effectuation
harus ditanamkan dalam jiwa saya untuk menjadi seorang entrepreneur bukan
businessman.
Finally,
yang ketiga What
are the things that I want to do differently (change)?
Perubahan
yang saya akan lakukan demi menjadi seorang entrepreneur yang
lebih baik dengan mengubah pemikiran mengenai causal menjadi effectual, lalu
membuat gambar kesuksesan saya untuk saya lihat setiapkali saya bangun tidur
yang berisi mau jadi apa lima tahun lagi, dan apa modal dan penghambat dalam
diri saya. Dan juga tidak lupa untuk menanamkan dan melaksanakan
prinsip-prinsip effectuation
mulai dari hal yang kecil. Demi keberhasilan saya menjadi entrepreneur yang
berjiwa entrepreneur
yang professional, berintegritas, berinovasi, bekerja sama, dan berkepedulian. To Know, To Do, and
To Be. Saya bisa.
Demikian
kisahku yang kudapat dari penyelaman laut entrepreneurship-1 dan telah berhasil
mendapatkan mutiara yang berharga bagi pemantapan jiwaku sebagai seorang entrepreneur.
Saya mengatakan, “Lima Tahun Lagi.. Pasti Menjadi Pemilik Restaurant Bintang
Lima.” Saya sudah mendapatkan mutiara Self Effectuation.
Hehehe. Sekian dan terima kasih.
Mantap ya ceritanya
ReplyDeleteCerita yang menarik dan bermanfaat
ReplyDelete