Jejak kehidupan selanjutnya, berjuang dalam mendapatkan kitab Entrepreneurship-1 yang mengubah jiwa kita. Hahaha. So, Pada 2 Oktober 2013, terbukalah langit, dan suara dari langit WBI (Wilmar Business Institute) berkata, “Aturan Mainnya Pakai Business Ethics dan Alat Mainnya Pakai E1-BMY (Entrepreneurship1-Business Model You). Hahaha…it’s joking, tapi ada makna yang dapat diambil dari perkataan yang kita sebut saja perkataan dari Mr. E1 dari langit WBI (Wilmar Business Institute). Hehehe.
Pada mata kuliah
Entrepreneurship-1 dalam pertemuan yang keempat ini, kami mahasiswa WBI
mempelajari tentang Business Ethics
dan Business Model You. Seperti
biasa, setiap
mahasiswa WBI yang aktif bertanya dan menjawab dalam setiap pertemuan akan
diberi ‘bintang’ dari Bapak David Turnip. Hehehe.
So,
what I learn today?
Pertama, saya mempelajari tentang Business Ethics. Saya diingatkan kembali
tentang metode kulkas dalam entrepreneurship. Tetapi perlu diingat
tentang kulkas yang sebenarnya, agar
kita memperoleh pemahaman dari metode kulkas secara entrepreneurship. Kulkas
adalah sebuah tempat untuk menyimpan makanan agar lebih tahan lama, dan pada
umumnya, isinya digunakan untuk membuat makanan. Metode kulkas dalam entrepreneurship adalah bahwa kulkas itu adalah mindset dan attitude
kita, lalu isinya adalah knowledge dan
skill kita. Sementara, etika dalam
metode kulkas adalah bagaimana kita
menggunakan skill dan knowledge dengan baik. Etika dalam
metode kulkas entrepreneurship memiliki dua tujuan yaitu baik ataupun buruk.
Etika Bisnis, why is it important? Etika Bisnis
penting karena etika adalah aturan main dalam berbisnis. Etika adalah
penyesuaian cara kita dalam berprilaku di suatu tempat. Etika adalah pilihan,
pilihan yang membawa seseorang pada tujuan yang baik ataupun buruk. Etika amat
berperan penting. Itu adalah ekspresinya dari metode kulkas tersebut.
Etika yang baik
mencerminkan integritas kita sebagai entrepreneur. Etika kerapkali penerapannya
dilupakan demi meraup keuntungan/profit yang besar dan bersifat individualis. Banyak
kasus bisnis yang melakukan tindakan yang tidak beretika, misalnya kasus
pengusaha kuali/wajan yang mengurung karyawannya untuk kerja paksa membuat
kuali/wajan tapi tidak digaji dan pengusaha itu memperlakukan karyawannya
dengan cara yang tak beretika demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Beberapa
macam tindakan unethical adalah
sebagai berikut.
· Unethical
Accounting à
false financial statements (window dressing)
Menjelaskan bahwa dalam hal laporan
keuangan juga ada tindakan yang tak beretika. Kasus dalam laporan keuangan
adalah seperti mengasumsikan dan memalsukan laporan keuangan perusahaan bahwa
perusahaannya diprediksi akan memperoleh keuntungan dalam jangka yang panjang
demi mendapat investasi dan pinjaman uang dari bank. Tetapi, nayatanya
perusahaan memperoleh kerugian yang besar. Hal seperti ini adalah kasus Enron.
· Overbilling
Tindakan yang tak beretika juga
adalah overbilling, contohnya bila kita memesan 100 sabun, ternyata yang
tersisa ada 90 sabun. Demi mendapatkan keuntungan dan memuaskan pelanggan maka,
mereka mengkotakkan 90 sabun tersebut akan tetapi harganya sama dengan 100
sabun.
· Misleading
Marketing à
false information, including over promises
Misleading Marketing adalah
tindakan yang tak beretika yang melebih-lebihkan padahal itu belum tentu
kepastiannya. Itu adalah sesuatu yang tak beretika dalam berbisnis contohnya,
iklan yang bombastis. Iklan bombastis memberikan janji-janji yang berlebihan
demi membuat konsumen tertarik akan produknya.
· Exploitation
of Resources à
natural resources, human resources
Exploitation of Resources adalah
eksploitasi sumber daya alam dan manusia secara berlebihan demi mengejar
keuntungan si individu. Tindakan ini adalah tak beretika.
Sehabis
itu, saya juga mendengar cerita dari Bapak Chandra dengan Bapak David mengenai
pengalamannya yang berhubungan dengan etika. Mendengar pengalaman mereka.
Ternyata, saat kita memulai usaha/bisnis akan banyak godaan yang merusak
integritas kita dengan melakukan tindakan yang tak beretika. Etika dalam bisnis
adalah penting dalam menjaga integritas kita sebagai pebisnis. Dan kami
diingatkan bahwa melakukan sesuatu yang baik dan benar memberikan hasil yang
jauh lebih berharga meskipun itu tidak dalam bentuk uang. Uang bukan menjadi
patokan untuk menjadi entrepreneur, sehingga segala cara dilakukan sampai
melupakan etika dalam berbisnis. Oleh karena itu, menjadi entrepreneur adalah
menciptakan kesejahteraan bagi diri sendiri dan sesama bukan untuk uang dan
menghalalkan segala cara.
Kedua,
saya mempelajari tentang BMY (Business Model You). BMY adalah alat main dalam
berbisnis yang juga dimainkan oleh entrepreneur-entrepreneur. BMY seperti pemetaan
yang terstruktur. Isi dari BMY adalah Value Prepositions, Customer Segments,
Customer Relationship, Channels, Key Activities, Key Resources, Key Partners,
Revenue Streams, dan Cost Structure. BMY digunakan untuk membuat sebuah konsep
yang terstruktur dengan baik, sehingga dapat mencapai output yang maksimal. Dengan
tertatanya sesuatu yang sudah kita planning kan seperti dalam memulai bisnis, maka
kemungkinan untuk gagal akan semakin terminimalisir.
And then, how do I feel about it?
Setelah mempelajari apa yang diajarkan oleh
Bapak David, saya merasakan dorongan yang kuat mengenai etika bisnis, ditambah
lagi dengan sharing pengalaman dari Bapak Chandara dan Bapak David yang
menyangkut etika bisnis. Saya merasa saya harus mengembangkan “KULKAS” dalam
arti dari isi kulkas entrepreneur tersebut
yang berupa mindset, attitude, knowledge,
and skill saya sendiri, dan yang lebih penting menanamkan etika dalam diri saya
sehingga diri saya dan kapasitas saya dapat saya gunakan ke arah yang baik.
Saya juga senang bisa
mendengar langsung kisah dari Bapak David dan Bapak Chandara. Itu sangat
menarik mendengarnya dan itu bermanfaat bagi pribadi saya. I have it, and I can
make it.
Finally,
yang ketiga what are the things that I
want to do differently (change)?
Perubahan yang saya akan lakukan adalah
mulai membiasakan diri dalam beretika yang saya mulai dari hal yang kecil. Demi
keberhasilan saya membiasakan menjadi entrepreneur
yang berjiwa entrepreneur yang
professional, berintegritas, berinovasi, bekerja sama, dan berkepedulian. To Know, To Do, and To Be. Saya bisa.
Bagus untuk diri kita
ReplyDelete